Arca 116/KDR/96 koleksi museum Airlangga digambarkan dalam sikap berdiri samabhanga, mengenakan jatamakuta yang berhiaskan bulan sabit. Arca ini memiliki empat tangan, dimana pada tangan kanan depan yang dalam kondisi rusak masih terlihat bekas telapak tangan terbuka membawa kuncup teratai. Pada tangan kiri depannya memegang gada, sedangkan tangan kiri belakang pada jari telunjuk arca menyangga padma yang diukir mirip Sangka bersayap. Sayangnya pada tangan kanan belakang telah patah, sehingga tidak diketahui laksana yang dibawanya. Namun pada foto tahun 1934 koleksi Leiden University terlihat dengan jelas bahwa arca 116/KDR/96 dalam kondisi utuh. Pada jari telunjuk tangan kanan bagian belakang terlihat menyangga trisula. Dilihat dari laksana (atribut) yang digunakan arca 116/KDR/96 menunjukkan bahwa arca ini memiliki unsure Dewa Siwa dan Dewa Wisnu. Laksana kedewaaan Siwa terlihat dari adanya Tricula pada tangan kanan belakang, bunga teratai pada tangan kiri belakang, dan Candrakapala pada mahkota. Sedangkan sisi Kedewaan Wisnu terlihat dengan adanya laksana Gada yang dipegang pada tangan kiri depan, dan pengukiran teratai pada tangan kiri beakang menyerupai Sangka bersayap. Oleh karena itu, dapatlah diidentifikasi bahwa arca 116/KDR/96 merupakan Arca Dewa Harihara. Dalam Kitab Skanda Purana diceritakan selepas pernikahan Gauri15 dan Rudra16, terjadilah pertentangan antara Hari17 dan Hara18. Kekacauan akibat perselisihan tersebut semakin menjadi-jadi sehingga Dewa Brahma turun menengahinya. Kemudian bersabdalah Dewa Brahma “biarkanlah di antara mereka berdua menjadi satu sebagai ’Harihara’. Kemudian keduanya ditempatkan di Gunung Raivaloka” (Karmakar, 1950: 67)19. Adapula cerita tentang lahirnya Hariharaputra dari Kitab Sri Bhagavata. Diceritakan bahwa Dewa Wisnu demi mendapatkan Amrta, ia menjelma menjadi wanita cantik, Mohini. Dewa Siwa diceritakan jatuh cinta dengan Mohini, sehinga hasil persatuan Dewa Siwa dengan Mohini lahirlah Hariharaputra. Ia dilahirkan dengan tujuan untuk mengantarkan Amrta kepada para dewa pada saat pengadukan lautan susu (Rao, 1968: 487)20. Arca Hari Hara 116/KDR/96 digambarkan diapit oleh dua tokoh dewi. Kedua dewi tersebut merupakan pariwara atau sakti Dewa Siwa dan Dewa Wisnu. Pariwara sebelah kanan adalah Dewi Parwati sebagai sakti Dewa Siwa, sedangkan sebelah kiri merupakan Dewi Laksmi sebagai sakti Dewa Wisnu. Dibelakang dua arca pariwara tersebut digambarkan tumbuh pohon teratai yang menjulang tinggi hingga dibelakang Arca Hari Hara.
Arca Hari Hara 2
a. Ukuran :
• Tinggi : 255 cm
• Lebar : 112 cm
• Tebal : 65 cm
b. Bahan : Batu Andesit
c. Asal : Punden Reco Guru, Kel. Bandar Lor, Kota Kediri
Reviews
There are no reviews yet.