Arca koleksi museum Airlangga ini digambarkan dalam sikap berdiri samabhanga diapit dua buah vas yang ditumbuhi bunga teratai di kanan dan kirinya. kepalanya mengenakan jatamakuta yang bagian kiri telah pecah. Pada bagian belakang kepala dikelilingi sinar prabha. Arca ini memiliki empat tangan, dimana pada tangan kanan dan kiri depan yang dalam sikap dyana mudra dengan membawa kuncup teratai, namun kini kondisinya telah rusak. Tangan kiri belakang memegang camara, sedangkan tangan kanan elakang membawa Sangka bersayap. Dilihat dari laksana (atribut) yang digunakan menunjukkan bahwa arca ini memiliki unsure Dewa Siwa dan Dewa Wisnu. Laksana kedewaaan Siwa terlihat dari adanya camara pada tangan kiri belakang. Sedangkan sisi Kedewaan Wisnu terlihat dengan adanya laksana Sangka bersayap yang dipegang pada tangan kanan belakang. Oleh karena itu, dapatlah diidentifikasi bahwa arca ini merupakan Arca Dewa Harihara. Dalam Kitab Skanda Purana diceritakan selepas pernikahan Gauri dan Rudra, terjadilah pertentangan antara Hari dan Hara. Kekacauan akibat perselisihan tersebut semakin menjadi-jadi sehingga Dewa Brahma turun menengahinya. Kemudian bersabdalah Dewa Brahma “biarkanlah di antara mereka berdua menjadi satu sebagai ’Harihara’. Kemudian keduanya ditempatkan di Gunung Raivaloka” (Karmakar, 1950: 67). Adapula cerita tentang lahirnya Hariharaputra dari Kitab Sri Bhagavata. Diceritakan bahwa Dewa Wisnu demi mendapatkan Amrta, ia menjelma menjadi wanita cantik, Mohini. Dewa Siwa diceritakan jatuh cinta dengan Mohini, sehinga hasil persatuan Dewa Siwa dengan Mohini lahirlah Hariharaputra. Ia dilahirkan dengan tujuan untuk mengantarkan Amrta kepada para dewa pada saat pengadukan lautan susu (Rao, 1968: 487).
Arca Hari Hara 1
a. Ukuran :
• Tinggi : 122 cm
• Lebar : 47 cm
• Tebal : 33 cm
b. Bahan : batu andesit
Reviews
There are no reviews yet.